Setiap tahun ada sekitar 1,3 juta wanita di dunia yang menderita HIV. Termasuk juga di dalamnya adalah ibu hamil. Di Indonesia sendiri kasus HIV pada ibu hamil terus mengalami kenaikan, dari awal tahun 2017 hingga pertengahan tahun 2019 ada 11.958 kasus ibu hamil yang terinfeksi HIV. Ibu hamil yang menderita HIV adalah persoalan yang serius, karena bisa menularkan pada janinnya.
Penyebab HIV pada Ibu Hamil
HIV adalah penyakit yang disebabkan infeksi human immunodeficiency virus. Virus ini bekerja dengan menyerang sel T (sel CD4) dalam sistem imun tubuh manusia yang berfungsi untuk melawan infeksi.
Penularan virus HIV terjadi lewat pertukaran cairan tubuh seperti air liur, darah, cairan pra ejakulasi, sperma, dan vagina yang biasa terjadi saat berhubungan seksual. Biasanya ibu hamil terinfeksi virus ini karena melakukan hubungan tidak sehat, bisa dirinya sendiri atau pasangannya.
Selain karena hubungan seksual baik dari vaginal, anal, maupun oral. Ada beberapa penyebab lain HIV pada ibu hamil seperti berikut ini:
- Menerima donor organ dari pendonor yang memiliki riwayat HIV
- Pernah berbagai jarum suntik telah terkontaminasi
- Menggunakan jarum tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
Risiko penularan HIV ke ibu hamil bisa jadi semakin besar apabila ibu hamil kekurangan vitamin A, merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol, malnutrisi dan lain sebagainya.
Gejala HIV pada Ibu Hamil
Ibu hamil yang terpapar HIV akan mengalami beberapa keluhan kesehatan, gejala HIV pada ibu hamil muncul dalam beberapa tahapan seperti berikut :
1. Tahap Pertama
Fase pertama disebut dengan fase serokonversi, fase ini menimbulkan gejala mirip seperti flu. Selain itu masih ada beberapa gejala yang mungkin timbul :
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Muncul ruam pada kulit
- Diare
- Pembengkakan noda limfa
- Merasa lelah
- Nyeri sendi dan otot
2. Tahap Kedua
Pada fase ini biasanya penderita HIV tidak akan menunjukkan gejala apa pun. Dari luar penderita HIV tampak sehat seperti orang pada umumnya. Kondisi ini bisa bertahan lama hingga 10 tahun.
3. Tahap Ketiga
Fase ini disebut dengan fase simtomatik yang memiliki beberapa gejala seperti :
- Demam yang terjadi lebih dari 10 hari
- Sering merasa lelah
- Sesak nafas
- Diare akut
- Infeksi jamur pada rongga mulut, tenggorokan, dan vagina
- Muncul bintik warna ungu pada kulit yang tidak bisa hilang
- Nafsu makan hilang
- Berat badan turun drastis
Cara Mengetahui HIV pada Ibu Hamil
Jika kamu merasa terkena HIV saat hamil atau sudah terjangkiti sebelumnya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan. Dokter akan segera menganjurkan pasiennya untuk menjalani tes HIV langsung saat cek kehamilan pertamanya dan tes HIV lanjutan pada trimester ketiga.
Tes HIV untuk ibu hamil yang paling sering dilakukan adalah tes antibodi HIV. Antibodi HIV merupakan sejenis protein yang diproduksi oleh tubuh untuk menanggapi jika ada infeksi virus yang menyerang tubuh.
Ibu hamil dengan HIV baru benar-benar bisa diketahui jika tes antibodi HIV menunjukkan hasil positif. Setelah itu akan dilanjutkan tes kedua yaitu tes konfirmasi HIV. Jika dari kedua tes yang dijalani semuanya menunjukkan hasil positif bisa dipastikan jika kamu terinfeksi HIV selama kehamilan.
Metode Pengobatan HIV pada Ibu Hamil
Jika seorang ibu hamil mengetahui jika dirinya terinfeksi virus HIV di awal masa kehamilan merupakan sebuah berkah, karena memiliki waktu lebih banyak untuk merencanakan pengobatan.
Secara umum, pengobatan HIV menggunakan terapi obat antiretroviral (ART). Kombinasi obat ini bisa mengendalikan bahkan menurunkan jumlah viral load HIV pada aliran darah ibu hamil.
Seiring berjalannya waktu, kepatuhan dalam menjalani terapi pengobatan HIV bisa meningkatkan sistem imun untuk melawan infeksi.
HIV pada ibu hamil bisa menjadi masalah yang serius karena bisa menularkan virus ini ke bayinya. Oleh sebab itu penting sekali bagi ibu hamil untuk melakukan tes HIV di awal kehamilannya, agar segera mendapatkan pengobatan.
Leave a Reply